Minggu, 04 Juli 2010

Wejangan Sang Dewa


Siapa sebenarnya dan apakah Tuhan itu? Banyak yang membicarakannya, menuliskannya, memaparkannya, bahkan menjelaskan tentang SIAPA DIA, APA KEHENDAKNYA, APA MAKSUDNYA, DAN APA TUJUANNYA.

Tapi sebenarnya siapa dan apakah Tuhan itu?

Menurut beberapa golongan manusia, Tuhan itu adalah pencipta dari bumi ini dan segala isinya, termasuk manusia itu sendiri.

Bagaimana bentuk dan rupa Tuhan?

Kembali menurut MANUSIA itu kembali, ada yang menggambarkan dia sebagai lelaki brewok dan berjanggut yang penuh kasih dan pemaaf, ada yang menggambarkan dia sebagai lelaki perkasa dengan palu yang bisa mengeluarkan petir di tangannya, ada yang menggambarkan dia sebagai manusia berbadan singa, ada yang menggambarkan dia sebagai bulatan cahaya yang bersinar terang, ada yang menggambarkan dia sebagai bla bla bla … dan seterusnya …

Apa tujuan Tuhan menciptakan manusia?

Lagi lagi dan dengan sangat terpaksa, ada segolongan manusia yang mengatakan tujuan penciptaan manusia adalah untuk “MEMULIAKAN PENCIPTANYA”, dan seribu alasan yang lagi2 hanyalah disampaikan oleh manusia, manusia dan manusia lagi.

Nah, pernahkah kita coba menanyakan pada diri kita, dari manakah kita tahu dan mengenal sosok yang katanya maha pencipta, maha penyayang, maha kuasa, maha tahu, maha pemaaf dan maha segala galanya itu?

Kalo kita telusuri, kita mengenal ribuan Tuhan dengan bentuk rupanya adalah dari manusia lain, buku buku sakti (yang juga ditulis oleh MANUSIA), bentuk bentuk ritual dan pemujaan, yang acaranya juga diselenggarakan dan diatur oleh MANUSIA JUGA.

Manusia sekarang tahu dari manusia dulu, dan manusia dulu tahu dari pendahulunya juga ...

Pernahkah ada yang mendengar langsung dari Tuhan itu sendiri? Teman baik saya, Bang Edy Tanto, memberikan quote seperti berikut ini:
"When you talk to God, you're praying.
But when God talks to you, better hurry up and see if you're schizophrenic."

Intinya: Komunikasi dengan Tuhan adalah komunikasi satu arah, bukan dua arah.

Dan hei hei … apakah tidak pernah terpikir oleh kalian, bahwa ribuan Tuhan beserta bentuk rupa dan namanya itu hanyalah ciptaan dari manusia?

Manusia mengaku sebagai mereka makhluk ciptaan Tuhan yang lemah. Nyatanya, manusialah ras terkuat di muka bumi ini. Manusia mengaku mereka percaya, menyembah dan tunduk kepada aturan Tuhan. Nyatanya, semua aturan yang katanya dari Tuhan itu jelas jelas ditulis dan dikeluarkan oleh manusia juga. Manusia mengaku melakukan kegiatan “pemuliaan” kepada Tuhan, sang maha pencipta yang telah menyayangi dan menciptakan mereka. Nyatanya, semua acara pemuliaan itu adalah berdasarkan keinginan dan disusun acaranya oleh manusia juga.

Ribuan Tuhan beserta rupa dan nama, ribuan agama dan kepercayaan, ribuan buku buku sakti, termasuk juga mobil, gedung mewah, komputer yang kita pakai, MANUSIALAH SANG PENCIPTANYA.
MANUSIALAH SANG MAHA PENCIPTA.

Lantas, siapakah pencipta manusia?

Makhluk2 pandai yang intelektual mengeluarkan seribu penilaian, mengutip banyak ayat dan pasal dari sebuah buku sakti, memaparkan dan menjelaskan tentang semuanya. Dan semua penjelasan yang super intelek dan pandai itu hanyalah dikutib dari sebuah buku, buku yang juga ditulis dan diciptakan oleh MANUSIA …

Holy sigh …

Jumat, 02 Juli 2010

Dewa yang hidup

Djie Po Kheng (余寶慶/余宝庆 yu2 bao3 qing1) adalah seorang Dewa yang muncul di abad 20, terkenal dengan kebijakan dan kegantengannya. Beliau mengajarkan poin-poin berikut supaya hidup lebih bahagia

1. Berikan apa yang dibutuhkan oleh orang lain, bukan apa yang diinginkan orang lain
2. Berikan kepada orang yang mencintai anda, bukan anda cintai
3. Jangan memberikan tanpa alasan

Dewa Djie terkenal suka beramal dan membantu sesama, perbuatannya yang luar biasa inilah yang membuatnya mencapai pencerahan dalam usia muda. Kerelaannya mengorbankan diri sendiri menjadi teladan bagi umat manusia.

Walaupun Djie Po Kheng tidak mengaku sebagai Dewa, namun pengikut-pengikutnya di seluruh dunia mengakuinya sebagai Dewa yang hidup.

Teladan hidup dari Dewa Djie Po Kheng sudah layak dan sepantasnya terpatri di hati kita semua.